Cerita Pendek 'Sebuah Usaha Melupakan'
Sebuah Usaha Melupakan
Dinding bernuansa biru laut kini menjadi saksi bisu kala
perempuan itu menangis. Ia terlihat kacau dan tak terkendali, barang-barang di
sekitarnya ia lemparkan ke segala arah. Serta bingkai foto yang setahun
terakhir ini selalu tertata rapi di sudut meja kini terpecah menjadi puing
puing yang berserakan , Nampak jelas di foto tersebut seorang laki-laki dan
perempuan sedang tersenyum bahagia di tepi pantai kala senja waktu itu.
Perempuan itu mengambil foto
tersebut dan merobeknya menjadi beberapa bagian. Air mata yang sedari tadi ia
tahan kini meluap kembali. Hatinya kembali teriris mengingat kejadian malam
itu. Dimana saat semua harapan yang sudah ia tumpuk bersama laki-laki yang ia
cintai kini telah sirna. Ia memandang potongan-potongan foto itu dengan sendu.
“Bukankah ini menyakitkan ? kamu
tidak memperbolehkanku meninggalkanmu namun kamu sendiri meninggalkanku dengan
alasan-alasanmu. Mengapa kamu begitu egois ?” tuturnya dengan pilu.
Hatinya berkecamuk , lidahnya
kembali kelu, pikiranya melayang bebas mengingat kejadian malam itu, dimana ia
di terbangkan ke atas langit dan di hempaskan ke inti bumi secara bersamaan.
Bukankah menyakitkan ?
Tubuhnya lelah, hatinya patah. Ia
terlentangkan tubuh ramping itu. Ia ingin tidur, mencoba melepaskan diri dari
segala rasa sakit untuk sejenak.
Nama perempuan itu ialah Athala.
---
Senin, 08 Mei 2017
Lelaki dengan kemeja kotak-kotak
berwarna hitam polos tersenyum hangat melihat Athala yang memegang cone ice
cream berlari kecil ke arahnya. Ia salah satu lelaki yang cuek untuk suatu hal
yang baru, tapi tidak termasuk Athala. Perempuan yang bisa membuat ia jatuh
pada pesonanya dalam sekejap.
“Halo
bidadari, merindukanku?” katanya tersenyum jail
“I
miss youuu!”
“Dasar bocah” Lelaki itu terkekeh melihat Athala bertingkah layaknya anak kecil. Ice cream yang ada di tanganya sedikit mencair sehingga mengenai hoodie yang ia pakai.
“Dasar bocah” Lelaki itu terkekeh melihat Athala bertingkah layaknya anak kecil. Ice cream yang ada di tanganya sedikit mencair sehingga mengenai hoodie yang ia pakai.
“Aku udah SMA ya, kalaupun aku bocah
berarti kamu juga dong!” kesal Athala mengerucutkan bibirnya. “Beda dong, aku
kan SMK bukan SMA” lelaki itu mengacak rambut Athala gemas. “JUNNNN”
“Apa
cantik?” lelaki yang di panggil Jun itu tertawa lepas melihat perempuan
dihadapanya semakin mengerucutkan bibirnya lucu. Ia adalah Junario Dirghantara,
lelaki dengan penuh kharisma yang selama setahun terakhir ini selalu ada di
samping Athala kapanpun itu. Tidak terlalu tampan, tetapi terlihat manis dengan
kulit sawo matangnya.“Hish nyebelin” Athala mendengus melihat Juna, sambil
memakan sisa ice cream yang ada di tanganya. Juna di buat terkekeh lagi dengan
kelakuan Athala, ia menarik pelan tangan Athala bermaksud mengajaknya duduk di
kursi sedangkan Athala hanya menurut.
“Ada
apa? Tumben ngajak ketemu waktu kamu lagi sibuk sibuknya” Tanya Athala heran,
lalu membersihkan sisa ice cream di sudut bibirnya menggunakan tissue. “Ada
sesuatu yang harus aku bilang sama kamu. Tapi aku tau kalau aku bilang semuanya
sama kamu, yang ada aku cuma bisa bikin luka dihati kamu semakin menumpuk” Juna
menatap Athala dengan tenang sembari membersihkan sisa ice cream yang masih
menempel di sudut bibir Athala.
“Gapapa,
bilang aja” Athala mengernyit memandang Juna yang menatapnya serius,
perasaannya tidak enak sedari tadi. “Resikonya kita berhenti. Jujur, aku gak
mau”
Bukankah benar bahwa feeling seorang
wanita lebih kuat? Athala hanya diam menatap mata Juna dengan penuh tanya.
Jantungnya berpacu lebih cepat dari sebelumnya. Tanganya gemetar, ia belum siap
mendengar kata kata selanjutnya saat ini. “Aku yang salah. Maaf untuk semua
rasa sakit yang ku perbuat. Aku tau, bahkan kata maaf tak cukup untuk
kembalikan puing-puing hatimu yang telah retak karenaku” Juna menatap Athala
dengan rasa bersalahnya, raut wajah gadis itu terlihat tenang namun bola
matanya menyiratkan sesuatu disana. “Kamu ngomong apa sih?” Athala tertawa ,
bukan tertawa seperti biasanya. Kali ini terlihat sedikit memaksa.
“Maaf buat kamu nunggu kayak gini”
Juna mengusap kepala Athala lembut. Perempuan itu tidak tau apa yang harus ia
katakan, Ia menatap Juna dengan tatapan kosong. Bibirnya seolah membisu. Ia
mencoba menetralisir nafasnya yang tidak beraturan karena rasa sesak di dadanya
tak kunjung usai. “Maaf udah buat hatimu terluka kembali” tangan Juna kini
turun ke pipi Athala, mengusapnya sebentar dengan penuh kasih sayang dan juga penyesalan karena sudah membuat
perempuan di depanya kembali terluka. “Dan juga.. maaf buat air matamu yang
kembali jatuh karenaku”
“Junario!”
Bersambung..
Hehehe.. gimana? maklum aja masi amatiran 😁
Tunggu lanjutannya ya..^-^
See yaaa!!!💕
Komentar
Posting Komentar